Rabu, 16 September 2009

Menakar Isu Terorisme dan Ketidakadilan dunia Internasional

8 tahun sudah serangan 11 september berlalu.Namun,dampak peristiwa yang mengawali mencuatnya isu war on terrorism yang didalangi Amerika ini,masih terasakan hingga saat ini.Tragedy black September ini menjadi awal atas propaganda negative yang terus dilontarkan barat,khususnya Amerika terhadap islam dan kaum muslimin.Peristiwa ini pula yang melegitimasi keberadaan Amerika di Afghanistan,Iraq dan negeri-negeri muslim lainnya,baik melalui serangan fisik secara langsung maupun dengan penempatan lembaga-lembaga yang merupakan perpanjangan tangan dari inteligen Amerika,yakni dalam rangka memerangi negara yang dianggap ‘menyimpan’ para pelaku teror.

Reaksi Amerika ini seolah mengamini kebenaran teori konspirasi.Sebab serangan yang menghancurkan menara kembar Pusat Perdagangan Dunia di New York sebagai lambang kedigdayaan di bidang ekonomi dan kantor Departemen Pertahanan (Pentagon) AS di Washington sebagai lambang keunggulan militer AS pada 11 September 2001 ini, bahkan masih belum bisa dipastikan pelaku sesungguhnya.Tuduhan yang serta merta diarahkan kepada jaringan Al-Qaidah pun kian tak memiliki alasan yang kuat.Sebab,adalah hal yang sangat ‘lugu’ jika tuduhan hanya didasarkan pada keberadaan pengakuan Osama melalui video.Sedang di saat yang bersamaan,sebuah media lokal di Yordan dan TV Abu Dhabi mendapat telepon yang masing-masing menyatakan bahwa Tentara Merah Jepang dan Front Demokratik Pembebasan Palestina (DFLP) lah yang bertanggung jawab atas tragedi itu.Bahkan, menurut salah satu sumber berita, saat peledakan itu, juru kamera Yahudi tampak bersuka cita atas tabrakan yang terjadi.Dan satu alasan yang cukup menguatkan kecurigaan adalah bahwa pada hari kejadian,4 ribu orang yahudi yang juga bekerja di WTC libur serentak secara tiba-tiba.Mengapa hal ini justru dilupakan oleh Amerika sebagai ‘sherrif dunia’?Dan secara membabi buta mengarahkan tuduhannya kepada jaringan Al-Qaidah dan Islam secara keseluruhan.

Kita juga mendapati bahwa Polling pendapat yang dilakukan pada tahun 2004 mengindikasikan 49 persen mereka yang tinggal di New York meyakini bahwa para pemimpin AS sebenarnya sudah mengetahui rencana serangan itu dan gagal melakukan tindak pencegahan.Sedangkan sebagian yang lain meyakini bahwa peristiwa itu merupakan upaya pemerintah AS untuk mengobarkan perang dunia. Webster Tarpley, pengarang' buku 911 Synthetic Terror; Made in USA' mengatakan, serangan-serangan yang terjadi pada hari itu merupakan contoh dari aksi terorisme yang didanai pemerintah, didisain oleh elemen-elemen CIA untuk 'memulai perang peradaban' lewat cara mengibarkan bendera terorisme. Tarpley bahkan mengatakan, Washington sudah 'dicengkeram oleh para pengidap sakit jiwa yang doyan perang' dan telah menggunakan isu terorisme sebagai alasan untuk mengembalikan AS sebagai 'polisi' dunia.

Terlepas dari kebenaran ini,kebijakan “war against terrorism” untuk menciptakan keamanan internasional dari aksi terorisme yang dijanjikan negeri Paman Sam pun ternyata hanya janji belaka, sebab kondisi keamanan dunia justru semakin parah. Warga Eropa misalnya makin merasa tidak aman dari ancaman serangan apa yang disebut aksi terorisme.

Berdasarkan data tahun 2005 yang dikeluarkan sendiri oleh Deplu AS, sebanyak 11 ribu serangan terorisme terjadi pada tahun itu dengan korban jiwa lebih dari 14 ribu orang tewas. Tahun demi tahun, aksi kelompok-kelompok anti AS tidak bertambah surut namun cenderung meningkat.Peningkatan ini,tentu saja dipicu oleh agenda imperialisme Amerika di berbagai negara dan kebijakan luar negerinya yang cenderung gila perang.Semakin tumbuh suburnya gerakan atau organisasi Anti amerika,maka akan semakin banyaklah bermunculan aksi-aksi terorisme.Oleh karena itu,hendaknya kita dapat menangkap akar masalah dari bermunculannya aksi-aksi terorisme , yakni arahan kebijakan Amerika yang cenderung arogan dan kegemarannya mengintervensi urusan dalam negeri orang lain atas nama kebebasan dan demokrasi.

Selain itu,hendaknya kita juga bisa menilai segala hal yang diberitakan oleh berbagai media secara kritis,tidak sekedar menerima dan larut dalam arus opini global.Saat terjadi ledakan yang mengindikasikan aksi terorisme,media seolah tak pernah kehabisan berita.Setiap detail permasalahan dan kepribadian orang-orang yang ’diduga’ memiliki kaitan dengan terorisme menjadi hal paling menarik untuk dibicarakan. Celakanya, dalam isu terorisme ini, media cenderung terus-menerus mengaitkannya dengan Islam dan kaum Muslim. Hal ini ditambah dengan tindakan aparat di lapangan yang cenderung berlebihan dalam menyikapi isu terorisme. Semua ini pada akhirnya melahirkan efek-efek negatif dalam kehidupan masyarakat, khususnya kaum Muslim.Sebab media memang merupakan sarana yang sangat efektif untuk membentuk opini di tengah-tengah masyarakat.

Hanya saja ,keberpihakan berbagai media menjadi sangat nyata ketika berhadapan dengan kejahatan yang dilakukan oleh AS.Berbagai kejahatan kemanusiaan yang dilakukannya di dunia Islam dikabarkan secara ’datar’ seolah AS memang negara yang memiliki hak untuk itu.Seolah-olah segala kebiadaban yang dijalankannya merupakan kewajaran yang tak perlu diperdebatkan.Lihat saja apa yang terjadi di Afghanistan akhir-akhir ini. Lebih dari seratus orang, sebagian besar warga sipil, telah dilaporkan tewas dan sejumlah lainnya terluka setelah pesawat-pesawat tempur pimpinan AS menyerang tanker bahan bakar di wilayah utara afghanistan (Jumat; 4/9/2009). Penjajahan yang dilakukan Barat di dunia Islam, pembunuhan masyarakat sipil di Afghanistan dan Irak, penghinaan terhadap Islam , termasuk dukungan membabi buta Barat terhadap penjajahan Zionis Israel di Palestina, merupakan cerminan dari ketidakadilan.Dan respon dunia global sebagai bentukan dari opini yang berkembang adalah,lebih memilih untuk bungkam! karena yang melakukannya adalah Amerika Serikat dan korbannya hanyalah umat Islam.

Kalau terbunuhnya 9 orang akibat pemboman di JW Marriott dan Ritz Carlton dikecam, sikap yang sama seharusnya muncul ketika ratusan ribu umat Islam terbunuh pasca invasi AS di Irak. Mengutip laporan yang dimuat Jurnal Lancet, lebih dari 650 ribu warga sipil Iraq tewas sejak invasi AS pada tahun 2003 dan jumlah itu tentu saja terus bertambah hingga kini.

Bandingkan pula sikap dunia Barat ketika Israel menyerang Gaza. Angka korban Serangan Israel ke Jalur Gaza sejak 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009 malam mencapai lebih 1313 orang atau rata-rata 59 orang tewas per hari atau setiap jam lebih 2 orang tewas. Tidak hanya itu , Israel juga mengakui menggunakan senjata kimia yang mengerikan fosfor putih. Belum lagi yang terbunuh akibat isolasi jalur Gaza oleh Israel. Alih-alih mengecam Israel, Amerika, Inggris dan sekutunya malah membela Israel.Untuk kasus Indonesia, ketidakadilan itu juga tampak dari sikap yang diskriminatif terhadap pembunuhan terhadap umat Islam di Ambon,Poso, atau kerusuhan di Sampit.Demikianlah,keberpihakan media dan dunia menjadi hal yang sulit dipungkiri.Hingga saat media mampu mengajak masyarakat dunia untuk menilai dan menghukumi fakta yang terjadi berdasarkan realita dan analisis yang cerdas,bukan semata bersandar pada opini yang ’dipesankan’.

Amerika Serikat dimaklumi marah saat gedung WTC diserang yang menyebabkan sekitar 3000 orang terbunuh. Akan tetapi,tidak pantaskah jika umat Islam marah ketika pasukan Amerika terus menerus membunuh rakyat sipil di Afghanistan dan Pakistan. PBB mengatakan jumlah penduduk sipil yang tewas di Afghanistan tahun ini meningkat 24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Laporan PBB menyebutkan lebih dari 1.000 orang tewas dalam enam bulan pertama tahun ini. Jumlah koban serangan AS terhadap rakyat sipil di perbatasan Pakistan-Afghanistan pun terus meningkat.

Seharusnya siapapun yang menginginkan kekerasan global dihentikan, juga harus dengan tegas meminta AS negara-negara imperialis lainnya menghentikan kebijakan yang eksploitatif dan diskriminatif terhadap dunia Islam . Masyarakat Barat sendiri seharusnya meminta penguasa mereka agar menarik tentara negaranya dari Irak, Afghanistan, dan negeri Islam lainnya. Termasuk menghentikan dukungan membabi buta terhadap Israel.

Bagi umat Islam, ketidakadilan global ini harus dihentikan. Berharap pada negara-negara imperialis untuk menghentikan kejahatan mereka sangatlah sulit. Karena selama Barat mengadopsi ideologi Kapitalisme, penjajahan akan menjadi metode baku yang tidak berubah. Tidak ada pilihan lain, kecuali umat Islam bersatu membangun kekuatan global Khilafah Islam yang akan melindungi umat Islam dari bulan-bulanan negara imperialis.

Tidak ada komentar:

Revolusi Islam Suci

Revolusi Islam Suci

Wassalamu'alaikum...

SEMOGA BERMANFAAT