Jumat, 20 November 2009

Heboh, 3 Pria Pesta Makan Daging Manusia




Tiga orang gelandangan dicurigai telah memakan mayat pria berusia 25 tahun yang mereka bantai. Lebih gilanya lagi, sisa daging tersebut dijual ke kios makanan.

Kecurigaan semakin meningkat, setelah beberapa bagian tubuh manusia ditemukan di dekat halte bus, di luar kota Prem, 1.150 km timur Moskow.

Tiga gelandangan yang kesemuanya pria ini, memiliki catatan kriminal sebelumnya, akhirnya ditangkap pihak kepolisian dengan barang bukti, pisau untuk memotong jari-jemari korban, termasuk palu, sebelum menguliti mayat itu untuk dimakan.

Kepolisian setempat dalam pernyataannya, dalam laman resmi mereka, www.susk.perm.ru, menyebutkan, “Setelah melakukan kejahatan, mayat dipotong-potong, sebagian dimakan dan sebagian lagi dijual, di kios yang menjual kebab dan pie.”

Masih belum jelas, bagaimana penyelidikan akan dilakukan, tapi yang pasti hingga sekarang, pihak kepolisian masih belum bisa membuktikan apakah daging mayat tersebut telah terjual oleh pelanggan kios kebab tersebut.

Aksi kanibal ini, merupakan kali pertamanya terjadi di Rusia, di Indonesia juga pernah terjadi kasus kanibal yang dilakukan oleh Sumanto, seorang warga Banjarnegara, beberapa tahun silam.

(Admin/Syiar-Islam.com)

ISU TERORISME (Ibarat Jamur di musim Hujan)




Oleh: Nurhabibah BB Amd
(Mahasiswi Universitas Sumatera Utara)



Pasca ledakan bom di JW Marriot dan Ritz Calton (17/7/09), prang melawan terorisme semakin gencar dilakukan, mediapun menjadikan hal ini sebagai menu utama beritanya. Para pengamat turut meramaikan isu terorisme dengan berbagai analisis. Walaupun sejak awal tokoh – tokoh ORMAS, Partai dan Gerakan islam mengingatkan agar tidak mengkaitkan isu terorisme dengan islam, tetapi upaya mengkaitkan terorisme dengan dakwah ataupun islam bukan hal baru.
Upaya ini terus diulang-ulang sejak program War on Terorism (perang melawan terorisme) yang dimulai oleh Amerika Serikat di seluruh dunia khususnya negeri-negeri muslim (termasuk Indonesia). Hal ini terjadi sejak peledakan WTC 11 September 2001, sejak itu Amerika menegaskan perang melawan terorisme bakal memakan waktu lama alias perang jangka panjang. Bahkan pada tahun 2002 Sekertaris Menteri Pertahanan AS Paul Wolfowitz mengatakan “saat ini kita sedang bertempur melawan teroris”
Kesan mengaitkan terorisme dengan islam memang sangat kuat dengan penggunaan istilah seperti “Terorisme Islam, Jamaah Islamiyah, Militan Islam” dan sebutan lainnya. Hal ini sangat berbeda kalau pelaku terorisme adalah kelompok diluar islam seperti IRA di Irlandia atau Macan Tamil di Srilanka, media pengamat atau pejabat publik tidak pernah mengkaitkan pelaku dengan agamanya seperti penyebutan “Teroris Kristen atau Militan Hindu”.
Stigmatisasi isu terorisme kemudian menjadi berbahaya karena digunakan sebagai alat generalisasi. Siapapun yang menentang AS atau ingin mendirikan Syariah dan Khilafah kemudian dicap atau dikesankan sebagai teroris. Padahal tidak semua kelompok islam yang ingin mendirikan syariah dan khilafah setuju dengan jalan pengeboman ataupun kekerasan.

Mendudukkan Masalah Terorisme
Dalam kasus bom kembar Ritz Calton dan JW Marriot, mantan Dansatgas BAIS TNI, Mayjen (Purn) Abdul Salam (Majalah Intelijen, No. 9/VI/2009) menyatakan ada skenario asing dibalik isu terorisme ini, AS, Inggris dan negara-negara sekutunya menggunakan isu terorisme untuk mempertahankan penjajahan mereka terhadap negeri-negeri muslim (khususnya Indonesia).
Analisis lain juga menyatakan, bahwa bom 17 juli itu merupakan bentuk “Operasi Organik” yang eksekusinya mempunyai standar prosedur yang tinggi, sulit dideteksi, pelakunya sulit ditangkap dan diadili. Operasi ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang ahli, baik dari dalam maupun luar negeri. (Majalah Intelijen, No. 8/VI/2009).
Benar bahwa ada orang Indonesia yang menjadi pelaku, tetapi benarkah mereka berdiri sendiri?, Pertama, boleh jadi meraka melakukan sendiri dan untuk melakukan sendiri, tetapi kemudian ia ditunggangi. Kedua, boleh jadi mereka diprovokasi dan diperalat untuk kepentingan orag lain. Ketiga, boleh jadi mereka tidak tahu kemudian dimanfaatkan.
Sebagai tindakan kriminal, aksi pengeboman ini harus ditindak secara hukum, siapapun pelakunya, bukan hanya eksekutornya, tetapi juga otak dan aktor intelektual yang ada dibelakangnya baik pribadi, kelompok, maupun negara.

Akar Terorisme
Jika dicermati, akar terorisme atau kekerasan ditengah – tengah kaum muslim bisa karena beberapa kemungkinan.
Pertama ; Adanya pemahaman agama yang keliru. Dalam hal ini, harus diakui bahwa ada sebagian orang atau kelompok islam yang menjadikan teror atau kekerasan atas nama Jihad. Namun, ketidaksempurnaan, ketidakjelasan dan kekaburan bukan pada islam, tetapi pada diri pemeluknya. Kedua; Adanya faktor luar berupa terorisme yang dilakukan oleh negara-negara penjajah seperti Amerika Serikat dan Sekutunya. Inilah yang disebut dengan terorisme negara (state terorism). Terorisme negara ini telah menimbulkan ketidakadilan yang memicu kebencian yang mendalam di dunia islam sehingga mendorong sejumlah aksi-aksi perlawanan tidak hanya di wilayah konflik tapi juga wilayah lain seperti Indonesia. Ketiga : Adanya operasi intelijen demi melakukan stigmatisasi dan monsternisasi terhadap islam dan kaum muslim. Diakui atau tidak, operasi ini sering dilakukan oleh intelijen asing secara langsung maupun dengan “meminjam tangan” lain. Paling tidak, itulah yang sering dilontarkan oleh mantan Kabakin AC Manuliang, terkait “ Bom Marriot 2” mensinyalir bahwa kasus tersebut kerjaan intelijen ( Media Umat Ed 18/7-20 agustus 2009).
Dari tiga kemungkinan diatas, sebagian kalangan, termasuk pemerintah,sayangnya terkesan hanya fokus pada kemungkinan pertama saja. Sebaliknya dua kemungkinan terakhir sering diabaikan, padahal dua kemungkinan terakhir inilah yang pada faktanya menjadi faktor utama dari mencuatnya kasus-kasus terorisme. Padahal pasca peledakan gedung WTC pada tanggal 11 september 2001 sampai sekarang tidak dapat dibuktikan,bahwa itu betul-betul tindakan teroris yang didalangi Osama Bin Laden. Walhasil, jika pemerintah mengabaikan dua faktor terakhir ini, kasus-kasus terorisme akan sangat sulit diselesaikan.

Terorisme tidak ada kaitan dengan islam.
Pernyataan aksi terorisme bagian dari islam, jelas sangat keliru, pertama : Islam mengharamkan pembunuhan terhadap manusia baik muslim maupun non-muslim yang tidak bersalah ( TQS, Al Maidah (05): 32), kedua: Merusak harta milik pribadi ataupun umum juga tegas di haramkan oleh islam (TQS. Al Qashash (27):77).ketiga: Islam mengharamkan teror dan intimidasi terhadap orang islam , keempat: Tidak hanya itu orang nasrani yang masuk wilayah islam, dan mendapatkan Visa masuk dari negara islam, meskipun dia berasal dari negara kafir musuh, jika dia hendak belajar maka wajib dilindungi ( TQS At Taubah (09):6).
Setelah penjelasan nash-nash diatas, masihkah ada pihak yang mengkaitkan aksi terorisme tersebut dengan islam ?????.
Jika masih ada, tentu patut dipertanyakan, pertama: boleh jadi, dia memang anti islam dan dendam terhadap umat islam, lalu sengaja menggunakan isu terorisme ini untuk menyerang islam, kedua ; boleh jadi, dia bodoh dan tidak mengerti tentang islam dan metode perjuangannya,sehingga dengan mudah tertipu, dengan slogan –slogan dan propaganda yang menyesatkan.

Umat harus bersatu
Karena itu , seluruh komponen umat islam, khususnya para ulama dan intelektual, juga kalangan pesantren serta berbagai ormas dan partai islam bersatu dan menyatukan sikap dalam isu terorisme. Umat tidak boleh mudah curiga juga tidak terpancing oleh provokasi apapun yang bisa semakin menambah keruh suasana. Semua informasi yang disampaikan media harus dicek.
Umat harus mulai bersikap kritis dan waspada terhadap setiap ada upaya yang berusaha mengkaitkan aksi-aksi terorisme dengan gerakan islam, dakwah islam : juga dengan wacana syariah dan khilafah islam, atau dengan islam itu sendiri. Sebab itulah yang selama ini dikehendaki oleh musuh-musuh islam demi mencitraburukkan islam dan kaum muslim, yang pada akhirnya melemahkan kekuatan islam dan semakin melanggengkan sekularisme. Semua itu hakikatnya adalah makar kafir terhadap islam dan kaum muslim.
Umat harus terus meningkatkan aktivitas dakwah dan perjuangan demi tegaknya syariah islam. Hanya dengan syariah dan Khilafah isu terorisme bisa padam dan umat bisa mengatasi segala persoalan yang meraka hadapi, termasuk yang diakibatkan oleh propaganda perang melawan terorisme. Wallahu'alam

Senin, 09 November 2009

…… Surat untuk Pengemban Dakwah


Para pengemban dakwah, sungguh saya terkagum dengan apa yang Anda lakukan. Begitu banyak orang yang menginfakkan harta, namun Anda tidak hanya berinfak materi. Lebih dari itu, Anda telah mewakafkan diri Anda di jalan Allah. Suatu jalan dimana banyak orang tak melihatnya secara kasat. Jalan yang tak terlihat namun Anda mengejewantahkannya dengan segenap yakin. Anda mewujud dimana Anda melihat dengan penglihatan-Nya, dan berbicara dengan bicara-Nya.

Dengan ini pula, Anda membuat para sahabat merasa iri dengan apa yang Anda lakukan. Anda mendapat pahala yang berkali lipat dari kedudukan mereka. Betapa tidak, wahai penyeru agama,…. Sekalipun Anda jauh dari Rasulullah, Anda tetap memegang sunnah beliau seumpama Anda mempertahankan nyawa. Bukan main wahai saudaraku, Rasul pun memuji Anda dalam majelisnya. Beliau SAW bersabda: ”Beruntunglah orang-orang yang melihat aku dan beriman kepadaku (beliau menyebutnya satu kali). Dan beruntunglah orang-orang yang tidak melihatku, tetapi beriman kepadaku (beliau menyebutnya tujuh kali)”


Ya, beginilah galaksi perjuangan para pengemban dakwah yang dicemburui orang-orang terdahulu. Anda rela menjadi terasing diantara jutaan sesak umat manusia di dunia. Anda telah memilih jalan keterasingan yang dirahmati sekalipun harus menggenggam bara api. Keterasingan Anda tak menghalangi jiwa Anda untuk melakukan kebaikan demi kebaikan. Rasulullah bersabda: ” Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali asing seperti semula. Maka berbahagialah orang-orang yang asing. Siapakah orang-orang yang asing itu? Yakni orang-orang yang melakukan perbaikan pada saat manusia umumnya rusak”


Betapa membanggakannya usaha perniagaan Anda. Berjual beli di hadapan Allah, dimana tak satu pun janji yang Allah ingkari. Anda telah menukar jiwa Anda dengan sesuatu yang belum ada bandingan-Nya yakni illyin dalam genggaman-Nya. Dari jual beli tersebut, dengan segenap pengabdian, Anda menghabiskan sisa umur untuk perbaikan umat manusia. Andalah ’orang besar’ sekalipun terlihat kecil dalam kacamata duniawi.

Anda telah menjadi ’orang yang besar’ justru tatkala Anda memandang dunia ini kecil. Betapa kecilnya. Amat sangat. Hal itu tiada lain karena Anda memiliki sesuatu yang besar dalam jiwa Anda. Anda telah memayungi ubun-ubun Anda dengan kekuatan iman yang tasdiqul jazm kepada Allah. Anda memiliki Allah Yang Maha Besar dalam bait dan spasi kehidupan Anda. Telah Anda dedikasikan kekuatan ruh itu hingga titik penghabisan dan nafas Anda yang terakhir. Bagi Anda, Allah Yang Maha Besar merupakan poros dalam dinamika hidup ini. Sehingga banyak hal rumit kian mengerucut. Seumpama kerumitan itu hanya berupa partikel-partikel yang ber-tawwaf. Kerumitan yang membuat lisan Anda basah dengan dzikir dan semakin membuat diri Anda dekat kepada-Nya.

Teruntuk Anda yang dulunya sempat terseok dalam kebatilan, namun kini telah memilih jalan dakwah ini sebagai muara: Selamat wahai saudaraku!!! Ini menjadi pilihan yang amat genting. Anda memilih sebuah peran penting dan dimuliakan. Sebuah peran yang memiliki banyak tantangan dan reward dalam pangkuan Sang Ilahi Rabbi. Peganglah selalu komitmen Anda dengan segenap kesadaran dan keikhlasan. Tidakkah ini juga mengingatkan kita pada kegagahan Sayyidina Ali ketika bersyahadat di usia yang belia dan istiqomah bersama kutlah Rasulullah. Allahu Akbar ! Semoga Allah mempertemukan kita dengan beliau dan para pejuang sejati yang telah berkorban dengan darah, keringat dan air mata.

Wahai Saudaraku, para pengemban dakwah… bersabarlah, bersabarlah dan bersabarlah. Allah akan mengeluarkan kita dari gelap menuju cahaya. Allah tiada cacat dalam memenuhi janji-Nya. Maka saksikanlah wahai umat manusia… Allah akan menjawab segala apa yang Dia kabarkan.

”Dan katakanlah: kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap. Sesungguhnya kebatilan itu pasti akan lenyap”

(TQS. Al Isra’:81)

Dari Saudaramu: Dian Hasibuan

Ketika Media Tak Berpihak pada Islam !!



Ada hipotesis yang menyatakan bahwa siapa yang menguasai media, maka ia telah memenangkan separuh dari pertempuran. Pernyataan ini tidak sepenuhnya salah. Bahkan dalam beberapa kasus hipotesis tersebut menemukan faktanya. Dengan menguasai media berarti secara otomatis mampu mengatur regulasi informasi. Baik-buruknya suatu peristiwa, tergantung bagaimana media memberitakannya. Dengan jalan ini sang penguasa media, akan dengan mudah menghegemoni pemikiran masyarakat. Apalagi untuk media elektronik, yang daya jangkaunya mampu merambah hingga pelosok-pelosok negeri. Sayangnya untuk kondisi saat ini media kebanyakan dikuasai oleh orang Yahudi. Bahkan konon kabarnya dari sepuluh media yang ada di dunia,sekitar tujuh dikuasai oleh orang Yahudi. Misalnya dalam kasus Israel (sebagai negara orang Yahudi), mereka selau menggambarkan bahwa Israel adalah negara super power yang memiliki persenjataan generasi terbaru yang super canggih dan mustahil untuk dikalahkan. Namun sayang pemberitaan media cenderung tidak adil. Merka tidak pernah memberitakan peristiwa yang telah nyata mencoreng kewibawaan Israel.

Misalnya dalam pertempuran dengan Hizbullah, pasukan elite Israel yaitu Brigade Golani, menyerbu Bent Jubail, sebuah wilayah yang dikenal sebagai salah satu basis Hizbullah di Lebanon. Ternyata tentara Israel lari terbirit-birit begitu berhadapan langsung dengan tentara Hizbullah. Tank Merkava yang dibanggakan dan menjadi andalan Israel sebagai tank serbu yang lincah dan dahsyat daya hantamnya serta dilapisi dengan baja, ternyata rontok akibat hantaman misil-misil Hizbullah yang begitu sederhana. Namun sayang merekalah (baca : Yahudi) yang menguasai media sehingga fakta-fakta memalukan tersebut dikubur dalam-dalam.

Bisa ditebak siapa yang akan terpojokkan jika media dikuasai orang yahudi. Siapa lagi kalau bukan umat Islam. Dengan jaringan yang begitu kuat Yahudi telah mampu menancapkan agen-agennya disetiap negeri muslim. Mereka menjadi satelit pengintai gerak gerik umat Islam. Selain sebagai pengintai, mereka sekaligus berprofesi ganda sebagai “sales promotion idea” yang mengkampanyekan nilai-nilai barat misalnya liberalisme, pluralisme, sekularisme, dan isme-isme lain yang sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam. Namun dengan cara yang begitu rapi dan halus, umat Islam seolah terbius dan terpesona dengan kampanye sesat mereka. Apalagi ketika propaganda miring tersebut diserukan terus menerus melaui media-media mereka. Hal ini diperparah dengan tidak mampunya umat Islam memfilter (memilah) setiap berita yang disajikan oleh media. Umat Islam telah termakan oleh teori konspirasi, sehingga mereka tidak mampu menganalisi permasalahan yang sebenarnya, kemudian memandangnya dari sudut pandang Islam.

Ada beberapa trik media dalam menciptakan citra negatif terhadap Islam. Trik-trik ini juga biasa didapati pada media-media di Indonesia. Apalagi untuk media yang sebagian besar sahamnya dipegang oleh orang Yahudi atau kaki tangan Yahudi, trik berikut telah menjadi menu wajib dalam setiap kemasan beritanya.

Pertama, menciptakan sensasi berita. Banyak berita yang dibuat berdasarkan fakta yang tidak pernah ada atau hanya mengandung sedikit kebenaran. Ironisnya fakta yang belum begitu jelas kebenarannya dijadikan sebagai sensasi dalam mengemas berita. Misalnya dalam kasus tragedi pemboman gedung WTC. Amerika Serikat (AS) serta merta menuduh bahwa Osama bi Laden adalah otak dibalik penyerangan tersebut. Kasus ini kemudian menjadi alat legitimasi AS untuk menyerang Afganistan.

Media yang seharusnya memposisikan diri sebagai analis fakta yang sebenarnya, justru menjadi pengekor kepentingan negara imperialis. Memang ada media yang mencoba menganalisis tragedi tersebut secara objektif dan mengahasilkan kesimpulan bahwa AS sendirilah yang meruntuhkan menara kembar WTC dengan melihat berbagai kejanggalan yang ada. Namun media seperti ini jumlahnya sangat sedikit.

Kedua, mengemukakan berita atau klaim dusta. Trik ini dapat terlihat ketika terjadi kasus insiden Monas yang melibatkan kubu FPI dan AKKBB. Pada saat itu media menyiarkan foto Munarman (komandan Laskar Islam) yang sedang mencekik seorang demonstran. Oleh beberapa media foto ini dijadikan sebagai bukti bahwa Munarman melakukan tindakan kekerasan kepada anggota AKKBB. Namun ternyata setelah diusut, pemuda itu adalah anggota laskar Islam yang coba dihalau oleh Munarman ketika ingin melakukan tindakan anarkis.

Fakta ini menunjukkan bahwa beberapa media terlalu gegabah untuk membeberkan suatu fakta, tanpa mengadakan cek and ricek terlebih dahulu. Pembunuhan karakter seperti ini tentu akan berakibat fatal terhadap pembentukan pemahaman umum ditengah-tengah masyarakat khususnya kalangan umat Islam.

Ketiga, usaha membatasi akses. Trik ini juga sering digunakan oleh media untuk membendung opini Islam. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa media membatasi akses sampainya berita kepada kalangan publik muslim. Misalnya ketika ratusan ribu umat Islam memadati gelora Bung Karno tahun 2007 yang lalu atau ketika melakukan aksi yang melibatkan 100.000 massa yang mengepung istana negara. Pers umumnya tidak memberitakan peristiwa akbar tersebut. Atau fakta lain ketika diadakan jajak pendapat oleh salah satu stasiun televisi swasta mengenai eksistensi FPI, yang dianggap sebagai ormas Islam radikal. Hasil tersebut tak pernah dipublikasikan sampai saat ini, karena ternyata hasil poling menunjukkan mayoritas masyarakat mendukung eksistensi FPI.

Fakta yang begitu vulgar ini dengan jelas menunjukkan bahwa media membatasi akses informasi kepada masyarakat. Tidak semua informasi diberitakan. Hanya informasi-informasi yang cenderung mendiskreditkan Islam-lah yang terus diopinikan. Kalaupun ada informasi mengenai kemajuan Islam, misalnya meningkatnya dukungan masyarakat terhadap penerapan syariat Islam, pemberitaannya hanya ala kadarnya.

Keempat, stereotype. Media sering mengidentikkan peuang Islam yang menuntut ditegakkannya syariat Islam dan khilafah (negara Islam) sebagai orang ekstrimis dan radikal. Bahkan ada usaha untuk mencitrakan para pejuang penegak syariat Islam memiliki relasi erat dengan para pelaku terorisme. Walaupun dalam aktivitasnya mereka tidak pernah melakukan tindakan kekerasan. Tidak jarang ormas yang selalu menyeru penerapan syariat Islam dianggap sebagai organisasi yang akan mencancam keutuhan bangsa.

Pada saat yang bersamaan media menggambarkan kalangan Islam liberal yang selalu mewacanakan ide-ide sesat yang destruktif, sebagai kalangan yang ramah, santun, sejuk, meskipun sering melancarkan teror verbal yang dibungkus oleh kalimat-kalimat indah.

Padahal realitas telah membuktikan ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tidak pro-rakyat, misalnya kenaikan BBM, kelompok Islam yang dicitrakan sebagai kelompok radilakallah yang memprotes setiap kebijakan pemerintah yang mendzalimi rakyat. Namun apa yang dilakukan kelompok Islam liberal? Mereka hanya diam dan akan muncul dengan berbagai protes yang mengada-ada ketika kelompok Islam radikal menyerukan Islam sebagai satu-satunya solusi. Jadi siapa sebenarnya yang ingin menghancurkan bangsa ini? Sayang fakta seperti ini jarang diberitakan oleh media.



Masih segar dalam ingatan kita, perhelatan akbar mahasiswa Islam yang pernah ada dengan mengumpulkan massa lebih dari 5000 orang dan spektakulernya 5000 orang ini meneriakkan satu solusi dan satu harapan bahwa hanya dengan khilafah kondisi negeri ini akan menjadi lebih baik. Namun peristiwa ini tak sedikit pun digubris oleh media. Apakah mereka tidak tahu? Mustahil. Mereka tahu tapi berpura-pura tidak tahu.
Lihat juga bagaimana pola pemberitaan media saat berbagai elemen mahasiswa memperingati hari supah pemuda. Media hanya memberitakan aksi-aksi mahasiswa yang berakhir ricuh. Seolah ingin menggiring opini masyarakat bahwa pergerakan mahasiswa yang sering turun kejalan selalu identik dengan aksi anarkis. Walaupun pada saat yang bersamaan, ribuan mahasiswa dari seluruh Indonesia yang tergabung dalam Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus melakukan aksi damai lagi simpatik jauh dari aksi-aksi anarkis, tak diopinikan sedikitpun. Memang bukan pujian ataupun sekedar asa untuk masuk dilayar kaca yang menjadi motivasi para aktivis dakwah kampus. Namun dengan pola pemberitaan media yang tidak berimbang seperti ini setidaknya akan memperlambat perputaran roda dakwah. Sebenarnya umat Islam adalah umat yang kuat dengan berbagai potensi yang dimiliki. Namun kekuatan umat Islam ini dikerdilkan dengan pemberitaan yang tak berimbang oleh media. Disisi lain negara seperti Amerika Serikat dan Israel tidak seperkasa seperti yang kita bayangkan. Mereka mampu menampilkan diri sebagai sosok negara super power akibat pemberitaan media yang hiperbola. Hal ini wajar terjadi karena sirkulasi informasi dan media ada ditangan mereka. Umat Islam harus bangkit dan melanjutkan perjuangan untuk kembali menegakkan Islam serta yakin bahwa mereka adalah umat yang kuat, mandiri dan mampu menguasai media dunia. Kekuatan dan kemandirian itu dapat terwujud jika umat Islam kembali menerapkan syariat Islam secara menyeluruh. Karena konsep syariat Islam adalah konsep yang menyimpan kekuatan yang sangat dahsyat dan mampu mewujudkan kemandirian serta kesejahteraan disegala bidang.

by : Adi Wijaya
kordamakassar@yahoo.co.id

Goldstone Kecewa Pada Reaksi AS


GENEWA (Arrahmah.com) - Pemimpin investigasi PBB mengenai kejahatan perang Israel di Gaza mengatakan bahwa reaksi AS atas temuannya sangat mengecewakan.

Meskipun kedua belah pihak (Israel dan Hamas) dalam perang Desember-Januari dipersalahkan dalam laporan oleh Richard Goldstone, hasil penyelidikan PBB ini menempatkan Israel sebagai pelaku utama dalam aktivitas tidak berperikemanusiaan yang merenggut nyawa setidaknya 1.387 warga Palestina dan 13 Israel, menurut data PBB.

"Reaksi masyarakat internasional sangat beragam, tetapi reaksi dari Amerika Serikat mengecewakan saya," kata Goldstone terhadap das Parlament, surat kabar politik mingguan yang diterbitkan oleh paremen Jerman.

"Fakta bahwa reaksi dari Israel itu sangat dahsyat benar-benar mengejutkan saya," tambahnya, menurut Reuters. "Saya berharap bahwa seruan kami untuk mengambil langkah hukum dan mengejar orang-orang tertentu yang terlibat dalam kejahatan perang Israel di Gaza akan benar-benar digubris."

Pada hari Jumat, Majelis Umum PBB menyetujui resolusi yang berisi seruan kepada Israel dan Palestina untuk menyelidiki dugaan kejahatan perang. (althaf/prtv/arrahmah.com)

Kamis, 05 November 2009




MEDAN [HTI Press]– Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) kembali melakukan Aksi (masyiroh), Ahad (1/11), mengutuk kezaliman Israel. Aksi tersebut sehubungan dengan sikap Zionis Israel berbuat nista. Pada Ahad 25 Oktober 2009, sejumlah tentara zionis Israel secara membabi buta menyerbu Masjid al-Aqsha dan menembaki jamaah yang ada di sana sehingga sejumlah orang meninggal karenanya. sikap Israel yang selalu tidak berperikemanusiaan ini menjadi tajuk utama dalam aksi yang dihadiri oleh ribuan aktivis HTI Sumut itu.Dalam aksinya yang di ikuti banyak peserta dari Daerah ini, massa HTI melakukan long marc dari Lapangan Merdeka Medan menuju Bundaran SIB/Majestik, Gatot Subroto, Medan.

Hadir sebagai orator dalam aksi tersebut ustazd.Musa Abdul Ghani,Ustazd Musdar Syahban dan Ustadz Muhammad Al Fatih. Dalam orasinya mereka menyeru kaum Muslim Indonesia dan di seluruh penjuru Dunia bersatu padu untuk menghentikan menghapuskan Israel dari Palestina. Mereka mengatakan tindakan zionis Israel menodai Masjid al-Aqsha ini merupakan bukti yang sangat nyata betapa umat Islam saat ini, yang disebut berjumlah lebih dari 1,5 milyar di seluruh dunia, dalam keadaan yang sangat lemah sehingga untuk melindungi tempat yang sangat disucikan itu pun tidak mampu. Sehingga menurut mereka persatuan Umat Islam ini akan mungkin dilakukan dengan menegakkan kembali institusi politik Daulah Khilafah.

Disamping itu dalam kesempatan yang sama, HTI Sumut berharap melalui Ustdazd Bayu Prahara kepada umat Islam di diseluruh penjuru dunia agar bersama- sama memperjuangakan tegakknya Khilafah yang telah di mulai oleh HTI sejak puluhan tahun yang lalu.

Masyiroh HTI Sumut itu dilakukan dengan berjalan kaki menelusuri jalan-jalan utama dalam kota Medan. Dalam aksinya itu, massa membawa sejumlah poster bertuliskan antara lain, “ Save Palestine With Khilafah, “Tentara Islam bersatu musnahkan Isarael”, “musnahkan Israel dengan Khilafah ”.
Dengan yel-yel “ Zionis Hancurkan”, “ Israel Musnahkan”dan “ Khilafah Tegakkan”
“Sampai ‘darah penghabisan’ dan sampai nyawa ini di tarik oleh Allah kami akan terus berjuang untuk menegakkan kembali khilafah Rasidah,” kata Humas HTI Sumut, saat aksi berlanjut.[lajnah I’lamiyah Medan]


Revolusi Islam Suci

Revolusi Islam Suci

Wassalamu'alaikum...

SEMOGA BERMANFAAT