(By Ummu Salamah)
Remaja adalah manusia ,makhluk ciptaan Allah SWT yang sudah mengalami perkembangan fisik dan pemikiran melampaui masa kanak-kanaknya Definisi pertama bahwa remaja adalah manusia ciptaan Allah, akan memberikan suasana penyadaran pada remaja, bahwa ia adalah makhluk yang bersifat lemah, serba kurang, dan saling bergantung dgn makhluk lain yang berarti ia butuh pada Sang Maha Pencipta. Perkembangan fisik seringkali menjadi semata-mata kebanggan remaja, padahal hal ini seharusnya semakin menambah ketakwaan dirinya pada Allah dan aturan-aturan-Nya.Bukan malah semakin ingin eksis kebandelan dan kebrutalannya, karena itu perkembangan pemikiran (kematangan intelektual) menjadi penting untuk menyebut dirinya remaja, sebagaimana definisi berikutnya . Karena seringkali fisik bertambah dan berkembang akan tetapi perilakunya jauh dari hasil daya pikir yang cemerlang. Misalnya saja ketika ia merasakan cinta, maka akan langsung ia lampiaskan sebagian besar hidupnya untuk cinta pada lawan jenisnya. Sehingga ia tidak mampu untuk berpikir tentang resiko perbuatannya.
Banyak keluarga MBA (Married by Accident) adalah keluarga yang rapuh, baik kelanggengannya maupun keturunannya. Jauh dari kesadaran akan tangging jawab. Belum lagi apabila remaja ini hanya siap untuk seks bebas, tentu resiko rusaknya social masyarakat jauh lebih besar lagi. Karena itu Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an Surat An Nisaa ayat 1, yang artinya “Hai sekalian manusia bertakwalah pada TuhanMu yang menciptakanmu dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah nebgembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak…”,memerintahkan kepada manusia untuk selalu memperhatikan anak-anaknya agar di usia remajanya ia semakin menjadi pribadi yang bertakwa,sholih, dan mengerti tujuan penciptaan dirinya adalah untuk mengabdi pada Allah SWT.
MENGAPA ADA MASALAH DALAM PERGAULAN REMAJA Remaja menghadapi 2 problem besar.Problem pertama adalah problen intern,ini secara alami akan terjadi pada diri remaja. Hasrat seksual yang berasal dari naluri seksualnya, mulai mendorong untuk dipenuhi. Hal ini sangat fitrah karena fisiknya secara primer maupun sekunder sudah mulai berkembang. Misalnya mulai berfungsinya hormon testosteron pada laki-laki menyebabkan pertumbuhan bulu pada daerah fisik tertentu, berubahnya suara menjadi lebih besar. Atau mulai berfungsuinya hormon progesteron pada perempuan menyebabkan perubahan fisik di dadanya, dan sekaligus mengalami menstruasi.
Mengapa ini bisa dikatakan problem? Karena apabila remaja tersebut tidak paham tentang hal ini maka ia tidak mengerti cara merawat dirinya sehingga bisa tumbuh menjadi remaja yang tidak sehat secara fisik. Banyak orang tua yang tidak merasa perlu memahamkan remajanya bagaimana merawat organ kemaluannya, atau bagaimana agar menjaga tubuhnya tidak menjadi “ekstra bau” sehingga ia memiliki kendala dalam berinteraksi dengan teman-temannya.
Problem yang kedua adalah problem eksternal. Inilah yang terkatagori dalam pembentukan lingkungan tempat remaja berkiprah. Faktor penting yang membuat remaja “selamat’ dalam pergaulannya adalah faktor pemikiran dan faktor rangsangan.Pemikiran adalah sekumpulan ide tentang kehidupan yang diambil dan dipenetrasikan oleh remaja itu ke dalam benaknya sehingga menjadi sebuah pemahaman yang mendorong setiap perilakunya.
Pemikiran penting yang membentuk remaja adalah: makna kehidupan, standar kebahagiaan hidup, dan standar perilaku. Misalnya ketika seorang remaja memahami bahwa makna kehidupan ini adalah materi, kebahagiaan adalah kekayaan, dan standar perilaku adalah yang penting ada ‘manfaat’ agar jadi kaya, maka kita akan menemukan remaja seperti ini tidak akan memahami resiko perbuatannya. Baginya mencuri,narkoba sambil mendagangkannya, seks bebas adalah kenikmatan dan tujuan hidupnya. Remaja seperti ini akan banyak kita temukan dalam lingkungan masyarakat sekuler (menjauhkan diri dari agama). Ia hidup diliputi dengan hal-hal yang berbau Materialisme. Bagaimana tontonan kesehariannya adalah acara konters-kontes agar menjadi tenar dan kaya, tanpa perlu ilmu apalagi intelektualitas tinggi. Rangsangan pornografi dan pornoaksi menjadi konsumsi kesharian. Maka dari sinilah muncul PROBLEM BESAR REMAJA. Tidak sedikit orang tua kebingungan mengatasi hal ini, sehingga ada salah seorang yang berkata, apa lagi salah saya mendidik, padahal anak saya itu sudah tamat belajar iqro’ 6, tapi mengapa dua putri saya hamil diluar nikah?????
SOLUSI
Ada 3 pihak yang harus diberikan jalan keluar masalah remaja. Pihak pertama adalah orang tua atau keluarga. Orang tua wajib membekali diri dengan ilmu dalam mendidik anak.Yang paling mendasar adalah masalah aqidah atau keimanan. Ia harus benar-benar menjadi orang tua yang sadar bahwa kehidupan pernikahannya adalah ibadah pada Allah SWT. Sehingga sang ayah akan mengerti peran strategisnya sebagai pimpinan keluarga, adalah membentuk rekan atau partner yang juga mengerti bahwa visi kehidupan adalah meraih surga Allah SWT, dengan misi mengemban hukum-hukum atau aturan Allah dimana pun mereka berada. Jelas ia tidak pernah abai sedetik pun dengan pendidikan Islam pada istrinya, karena ia mengerti benar bahwa istrinya lah yang akan lebih dekat dengan anak-anaknya dalam pergaulan dan interaksi di rumah, juga pada anak-anaknya. Karena itu pula ia tidak pernah abai untuk selalu tholabul ’ilmi, karena ia pun butuh bekal yang memadai sebagai nahkoda rumah tangganya. Penting pula bagi orang tua untuk menciptakan suasana komunikatif, selain ia selalu memberi ’reward’ dan dan berwenang memberikan ’punishment’ dalam mendidik. Suasana yang tidak komunikatif atau satu arah saja, akan membuat orang tua kesulitan dalam menggali permasalahan anak-anaknya, sehingga ia akan kehilangan momen penting dalam hidupnya, yaitu sebagai tempat curahan pikiran dan perasaan buah hatinya. Tujuan dari semuanya ini adalah meyatukan standar kebahagiaan dalam keluarganya yaitu teraihnya ridho Allah SWT, dan standar perilaku yang benar yaitu halal haram menurut aturan Allah SWT.
Pihak kedua adalah remaja itu sendiri. Remaja harus membiasakan diri dengan perilaku selektif dalam memilih tempat bergaul. Ini penting karena perkembangan seksual yang alami dalam dirinya akan berkaitan erat dengan kadar informasi seksual yang ia dapatkan dalam kehidupannya. Apabila ia memilih pergaulan yang tidak pernah absen menonton vcd porno, berkata jorok, campur baur laki-laki dan perempuan tanpa aturan, dan terbiasa mengkoleksi buku-buku bacaan porno, maka remaja ini akan jatuh ke dalam pergaulan seks bebas. Tapi apabila sejak dari kecil ia membiasakan dirinya dalam pergaulan masjid, diskusi interaktif tentang keislaman, atau kajian bedah buku politik dalam islam, juga mengikuti kursus-kursus tambahan pelajaran, dan menyibukkan mempelajari bahasa Arab dan Inggris, ini akan menyita pikiran seksualnya. Sehingga ia akan mempunyai tingkat intelektualitas yang progresif dan mampu menangkal pergaulan bebas. Remaja seperti ini bisa dikatakan semakin asing, karena semakin asingnya Islam di tengah masyarakatnya.
Pihak ketiga adalah negara. Negara adalah kepemimpinan masyarakat secara umum. Wewenang besar ada pada negara dalam menerapkan model dan macam aturan untuk masyarakatnya. Apabila sebuah negara lebih memilih model negara korporasi (kapitalis, pedagang dan pebisnis untuk rakyatnya), maka ia akan menerapkan aturan yang berdampak pada keuntungan bisnis dengan dalih untuk masukan negara. Misalnya dibolehkannya majalah porno semacam play boy dan tayangan porno dalam bidang hiburan, ini tidak dapat dilepaskan dari aturan yang sudah disahkan oleh pemerintah itu sendiri. Bagi negara semacam ini masalah dampak kepada masyarakat bukanlah suatu yang diperhitungkan. Negara semacam inilah yang sekarang sedang mengatur kehidupan kita. Sehingga harus ada keinginan kuat dari masyarakatnya untuk merobah asas sekulerisme negara ini menjadi asas Islam.
PERLUKAH EDUKASI SEKSUAL?
Islam tidak pernah menjadikan ummatnya yang tunduk dan patuh pada aturan Allah SWT menjadi bahan trial and error. Karena dipastikan bahwa Islam adalah agama Rahmatan lil ’alamin.Sehingga Islam tidaklah asing dalam masalah edukasi seksual ini. Misalnya mengenalkan bahwa diri anak kita adalah laki-laki atau perempuan, bagaimana adik dilahirkan, mengapa kamar atau tempat tidur mereka dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, mengapa tidak boleh satu selimut walaupun dengan sesama perempuan atau laki-laki, bagaimana cara menutup aurat di luar rumah dan di dalam rumah, apa itu hubungan atau interaksi berbeda jenis, larangan berkholwat (berdua-duaan), sampai pada apa itu perkawinan, mengapa ibu dan ayahnya menikah, dan mengapa setelah menikah baru ada anak. Ini semua dan banyak lagi yang lainnya adalah dekat dengan kehidupan keluarga yang penuh ketaatan pada Allah SWT.
Berbeda halnya dengan edukasi seksual ala sekuleris kapitalis liberalis, adalah bagaimana mengajarkan seks dengan aman, agar tidak terkena AIDS atau hamil diluar pernikahan. Ini malahan mendorong remaja untuk melakukan seks sedini mungkin. Bagaimana sebuah sekolah di Inggris, gurunya memerintahkan sepasang muridnya untuk berciuman mulut di depan kelas, untuk mempraktekkan seks secara ”aman”.Na’udzubillahi min dzalik.
Karena itu hendaknya remaja menjauhi edukasi semacam ini. Edukasi dseksual dalam Islam bahkan harus ditanankan sejak kecil, sesuai dengan daya pikir pada usianya. Ini justru akan membentuk daya selektifnya dalam memilih pergaulan.Bahkan kelak ia akan menjadi remaja yang punya daya perobah lingkungan, bukan jadi remaja yang mudah berobah karena lingkungan. Asik kan jadi remaja Islam yang sholeh, tetap gaul dan selamat dunia akhirat lagiiii…Wallahu a’lam bish showwab