Minggu, 03 Januari 2010

Aku Bukan Malin Kundang



“Mereka (kedua orang tua) adalah (jalanmu menuju) surga dan neraka”.
(Abu Umamah)

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh

Lewati rintangan untuk aku anakmu

Ibuku sayang, masih terus berjalan

Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah

Seperti udara..

Kasih yang engkau berikan

Tak mampu ku membalas.

Ibu…..

Musik balada dengan petikan gitar akustik yang mengiringi lagu Iwan Fals bertajuk ‘Ibu’ di atas, bikin hati merinding. Lirik lagunya yang menggambarkan pengorbanan seorang ibu, nendang banget. Inget sama kasih sayang ibu di rumah yang sering kita lupain. Malah terkadang kita suka ‘culangung’ kata orang planet pajajaran mah. Alias gak sopan. Suka membentak, menghardik, nyuruh semaunya, atau malah ogah diminta bantuan ibu untuk sekedar beli telor di warung. Bagi yang nggak tahan, matanya bisa berkaca-kaca tanpa disadari dan lalu tes..! ingusnya jatuh menimpa keyboard. Ih jijay deh!

Nggak cuman dalam lagu, kisah-kisah pengorbanan seorang Ibu pun tersebar di setiap tempat. Lintas negara, lintas bahasa, bahkan lintas agama. Yup, karena Ibu di Indonesia, sama dengan mother di Eropa, atau Ummi di Timur Tengah. Sama-sama rela berkorban untuk kehidupan anak-anaknya. Bahkan tak jarang mereka rela mengorbankan nyawanya untuk kebahagiaan sang buah hati. Berikut beberapa kisahnya yang penulis kutip dari dunia maya.

Ibu dengan Satu Mata

Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya sungguh memalukan. Suatu hari ketika aku masih SD, ibuku datang ke sekolah. Keesokan harinya. ”Ibumu hanya punya satu mata?!?!” ejek seorang teman sekolahku. Aku berharap ibuku lenyap dari muka bumi. Ujarku pada ibu, “Bu, Mengapa Ibu tidak punya satu mata lainnya? Kalau Ibu hanya ingin membuatku ditertawakan, lebih baik Ibu mati saja!!!” Ibuku tidak menyahut. Malamnya, aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku sedang menangis, tanpa suara, seakan-akan ia takut aku akan terbangun karenanya. Akibat perkataanku tadi, hatinya tertusuk.

Aku belajar dengan tekun. Kutinggalkan ibuku dan pergi ke Singapura untuk menuntut ilmu. Lalu aku pun menikah. Aku membeli rumah. Kemudian akupun memiliki anak. Kini aku hidup dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggalku karena tidak membuatku teringat akan ibuku.

Suatu saat, ibuku datang ke rumahku. Apa?! Siapa ini?! Itu ibuku. Masih dengan satu matanya. Seakan-akan langit runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku berlari ketakutan, ngeri melihat mata Ibuku. Kataku, “Siapa kamu?! Aku tak kenal dirimu! Berani-beraninya kamu datang ke sini dan menakuti anak-anakku! KELUAR DARI SINI! SEKARANG!!” Ibuku hanya menjawab perlahan, “Oh, maaf. Sepertinya saya salah alamat,” dan ia pun berlalu. Untung saja ia tidak mengenaliku. Aku sungguh lega. Aku tak peduli lagi.

Suatu hari, sepucuk surat undangan reuni sekolah tiba di rumahku di Singapura. Akupun pergi ke sana. Setelah reuni, aku mampir ke gubuk tua, yang dulu aku sebut rumah.. Hanya ingin tahu saja. Di sana, kutemukan ibuku tergeletak dilantai yang dingin. Namun aku tak meneteskan air mata sedikit pun. Ada selembar kertas di tangannya. Sepucuk surat untukku.

”Anakku..Kurasa hidupku sudah cukup panjang.. Dan aku tidak akan pergi ke Singapura lagi. Namun apakah berlebihan jika aku ingin kau menjengukku sekali? Aku sangat merindukanmu. Dan aku sangat gembira ketika tahu kau akan datang ke reuni itu. Tapi kuputuskan aku tidak pergi ke sekolah. Demi kau. Dan aku minta maaf karena hanya membuatmu malu dengan satu mataku.

Kau tahu, ketika kau masih sangat kecil, kau mengalami kecelakaan dan kehilangan satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tak tahan melihatmu tumbuh hanya dengan satu mata. MAKA AKU BERIKAN MATAKU UNTUKMU. Aku sangat bangga padamu yang telah melihat seluruh dunia untukku, ditempatku, dengan mata itu. Aku tak pernah marah atas semua kelakuanmu. Ketika kau marah padaku.. Aku hanya membatin sendiri, “Itu karena ia mencintaiku” Anakku! Oh, anakku!” DEG!

Ketika Lonceng Tak Berbunyi

Di sebuah kerajaan, hiduplah seorang ibu dan anak laki laki satu satunya. Sayangnya, anak lelaki itu mempunyai perilaku buruk, tukang bikin onar dan melakukan berbagai tindak kriminal. Sang ibu beberapa kali menasehati agar anaknya tidak melakukan berbagai hal buruk lagi, namun semua itu tidak didengarnya.

Sampai suatu saat, si anak melakukan perampokan dan pembunuhan secara sadis. Masyarakat segera menangkapnya dan menyerahkan pada sang raja untuk diberi hukuman. Raja memutuskan si anak akan dihukum mati. Mendengar itu, sang ibu langsung menemui raja. Walau seburuk apapun prilaku anaknya, kasih sayangnya tak pernah hilang. Dihadapan raja,sang ibu bersimpuh dan bersujud memohon pengampunan. Namun kesalahan anak sang ibu sudah terlalu besar, raja mengatakan tak bisa memberi pengampunan. Anak sang ibu tetap akan dihukum mati besok pagi tepat saat lonceng kerajaan pertama kali berbunyi.

Keesokan pagi semua orang sudah berkumpul di lapangan untuk menyaksikan jalannya hukuman mati. Namun aneh, sudah lewat beberapa menit dari waktu seharusnya, tetapi lonceng tak juga berbunyi. Di menara lonceng, petugas juga merasa heran. Ia sudah menarik tali lonceng beberapa kali namun tak ada suara nyaring yang keluar. Raja kemudian memerintahkan seseorang untuk naik memeriksa lonceng.

Belum juga lonceng diperiksa, tiba tiba dari tali lonceng mengalir darah segar. Dan ketika diperiksa ternyata darah itu berasal dari ibu si terhukum mati, ia mengikatkan diri di bandul lonceng, sehingga ketika tali ditarik, kepalanyalah yang menghantam dinding lonceng. Ia melakukan itu semua sebagai UPAYA TERAKHIR UNTUK MENYELAMATKAN ANAKNYA walalupun hanya beberapa menit. Sang anak meraung raung menangis menyesali semua perbuatannya yang melupakan kasih sayang ibunya walaupun ia sering berbuat jahat.

Kedudukan Ibu dalam Islam

Kita bukan amuba yang berkembang biak dengan membelah diri. Kita juga bukan kertas yang bisa diperbanyak dengan mesin foto copy. Kita adalah manusia yang tanpa kehadiran seorang ibu, kita nggak akan pernah nongol di dunia. Untuk itulah, Islam memuliakan banget..banget…banget seorang ibu. Allah swt berfirman:

وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (١٤)

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS Luqman, [31]: 14)

Bakti kita pada ibu bukan semata-mata balas budi. Lantaran sampe titik darah penghabisan pun, kasih ibu nggak pernah terbalaskan. Suatu saat Ibnu Umar ra pernah melihat seorang laki-laki menggendong ibunya keliling ka’bah (thawaf). Orang itu kemudian bertanya kepada Ibnu Umar, “Sudahkah aku menyelesaikan kewajibanku kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Engkau belum dapat membalas satu kali saja rasa sakit yang dirasakannya saat ia melahirkanmu. Namun demikian, engkau telah melakukan kebaikan dan Allah akan memberikan pahala yang besar atas perbuatan yang engkau lakukan”.

Bakti kita kepada orang tua adalah jalan menuju surga dan neraka. Itu berarti, kita bakal diganjar tiket neraka kalo durhaka ama orang tua. Sebaliknya, kita bisa dapetin tiket surga kalo berbakti pada orang tua, terutama ibu. Rasul saw bersabda: “Sungguh kecewa, sungguh kecewa, dan sungguh kecewa, siapa saja yang mendapat kedua orangtuanya atau salah satu dari keduanya sampai tua, kemudian ia tidak dapat masuk surga”. (HR. Muslim)

Pren, kebangetan deh kalo kita berlaku durhaka pada orang tua terutama Ibu. Bukan cuman nggak tahu diri, itu sama saja durhaka kepada Allah saw dan Rasul-Nya. Jangan sampai kita menjiplak tingkahnya Malin Kundang. Kalo dulu doi di kutuk jadi patung oleh ibunya, Malin Kundang sekarang mungkin bakal dikutuk jadi ponsel jadul yang baterenya ngedrop, layarnya monochrome, plus cuman bisa sms. Kaciaan deh!

Bukan Malin Kundang? Tunjukkan!

Pren, beranjak dewasa kayanya banyak dari kita yang tanpa sadar nggak deket lagi ama ibu. Cuek bebek aja dengan kehadiran ibu. Soalnya kan udah gede dan pastinya bukan anak mama lagi. Terkadang kita lebih milih ngumpul bareng temen-temen dibanding nemenin ibu yang lagi sakit di rumah. Padahal ketika kita sakit, ibu tinggalkan semua kepentingannya untuk merawat kita. Terkadang kita ngerasa terganggu pas lagi nonton tipi terus ibu minta tolong beli bumbu dapur atau diminta nemenin belanja ke pasar. Padahal ibu selalu stand by 24 jam untuk bantuin kita. Kita nggak pernah lagi ngobrol dari hati-ke hati dengan ibu lantaran kita anggap ibu nggak nyetel lagi dengan dunia kita. Padahal waktu kecil, ibu jadi tempat sampah yang menampung curhat kita tanpa bete.

Belum terlambat bagi kita untuk tunjukkin kalo kita sayang banget ama ibu. Caranya?

Pertama, selipkan doa kebaikan untuk kedua orang tua di setiap shalat kita. Meskipun salah satu atau keduanya sudah tutup usia. Seorang sahabat dari Bani Salamah bertanya kepada Rasul,

“Ya Rasulullah,apakah ada hak orantua atas diriku yang wajib aku penuhi meskipun mereka telah meninggal dunia? Maka Rasululah saw pun menjawab, “Ada, yaitu mendoakan dan memohonkan ampunan atas keduanya, memenuhi janji (wasiat) yang mereka buat, menjalin tali silaturahim dengan keluarga dekat keduanya, serta memuliakan teman-teman keduanya.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah)

Kedua, bersikap lemah lembut kepada kedua orang tua. Jaga diri dari perkataan kasar, bernada tinggi, atau merendahkan harga diri ayah ibu. Mujahid, salah seorang ahli tafsir al-Qur’an menjelaskan kandungan (QS Al Israa’, 17:23).

“Jika kedua orangtua telah berusia lanjut, sehingga mereka tidak bisa buang air kecil maupun buang air besar sendiri, maka janganlah merasa jijik atau mengatakan ucapan “ah” kepada mereka berdua. Namun buanglah air kencing dan kotorannya, sebagaimnana yang pernah mereka lakukan yaitu membuang kotoran kita tanpa merasa jijik ketika kita masih kecil.”

Ketiga, penuhi keperluannya. Kalo kita punya duit, sesekali kasih ibu hadiah. Kalo lagi bokek, sediakan waktu untuk bantuin ibu tanpa diminta. Dan jangan pernah terpikir kalo kita sudah berkeluarga terus ‘mengevakuasi’ ortu ke panti jompo. Yakin deh, Allah swt akan memudahkan urusan anak yang ikhlas mengurus orangtuanya hingga akhir hayat. Rasul saw bersabda,

“Sungguh pada hari kiamat nanti ada hamba-hamba Allah yang tidak akan disapa dan disucikan (diampuni dosa-dosanya) oleh Allah. Sahabat bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang tidak mengakui orangtuanya dan mengabaikannya, orang-orang yang tidak mengakui anak-anaknya serta orang-orang yang mendapatkan kebaikan dari orang lain tapi tidak mengakuinya.” (HR. Ahmad)

Keempat, ingatkan dengan cara yang baik. Kalo ortu berselisih pendapat dengan kita, melarang kita ngaji atau menutup aurat dengan sempurna, nggak usah ngambek. Tenangkan diri dulu, terus ngobrol dari hati ke hati biar semuanya clear. Gitu juga kalo ortu bermaksiat pada Allah swt. Jangan dijauhi, justru dekati dan ingatkan untuk kembali pada jalan yang benar.

Nah, pren mumpung kita masih hidup dan selagi kita masih ada waktu ayo kita benahi hubungan kita dengan ortu, terutama ibu. Yang jauh segera mendekat. Yang dekat segera merapat. (kaya teriakan sopir angkot deh!). Jangan tunggu ortu tiada untuk menunjukkan bakti kita seperti kisah-kisah di atas. Mulai dari sekarang. Awali dengan kirim sms sayang. Bikin surat cinta untuk kedua orang tua. Temui dan peluk sayang dengan erat dan sampaikan permohonan maaf kalo selama ini kita berbuat salah. Kita berharap, Allah swt mengumpulkan kita dan orang tua di surga-Nya kelak. I luv yu mom (penulis ampe berkaca-kaca nulis artikel ini)! [hafidz341@gmail.com]

Tidak ada komentar:

Revolusi Islam Suci

Revolusi Islam Suci

Wassalamu'alaikum...

SEMOGA BERMANFAAT