Selasa, 02 Februari 2010

*Anak dan Kepompong*


Oleh: Alga Biru

Seorang anak manis dan imut bermain di taman. Betapa bunga-bunga telah berhasil ia baui, warna-warnanya ia kagumi, dedauanan melambai mirip tarian. Taman itu telah membuatnya jatuh hati. Dari balik ketiak dedaunan, matanya mengamati gejala. Gulungan seumpama cerutu bersembunyi disana. Ada lendir yang memenuhinya, mahluk serupa ulat berada di dalamnya. Terperangkap. Ringkih. Sakit. Malang.

”Ulat,.... Kamu kasihan banget” Anak itu berujar.

Sosok ulat itu menjijikkan, jelek rupa. Bukan seperti mawar, melati maupun jingga pelangi yang dirindukan katak dan serangga. Tak ada satu pun daya tarik padanya, selain gundukan rasa iba yang terlanjur memasuki relung hati si anak yang manis itu.

”Sebentar ya Ulat, aku akan menolongmu”

Si anak pun memutuskan untuk turun tangan dan ’membebaskan’ si ulat (kepompong) dari selubung cangkangnya. Si anak itu bersumpah serapah, karena cangkang keras telah mengikat ulat di taman yang damai. Lendir cangkang telah membuat ulat sesak bernafas dan gagal merasakan nikmatnya udara bebas.

”Huhhh... gara-gara cangkang dan lendir ini, ulat jadi susah nafas deh”

Maka misi anak itu pun final. Si ulat itu telah keluar dari cangkangnya. Lendir-lendir itu tinggal sisa. Si ulat itu menampakkan dirinya. Ia adalah sesosok mahluk bersayap dan memiliki warna warni, entah kenapa memburam. “Ulat bersayap” itu tidak mampu terbang, sulit, tetap ringkih…. cacat.

Ahhh…. Maka andai bunga-bunga boleh bicara, angin dibiarkan mencerca, ingin kedunya berkata:

”Duhai anak yang manis.... Niatmu mulia, namun caramu keliru. Andai kau tau, bahwa rasa sakit di cangkang itu adalah bagian dari hidup yang tidak sia-sia. Setelah cangkang itu, keindahan menunggunya. Namun sekarang, ia cacat untuk selamanya, karena kau ’membebaskan’nya dari sakit yang bisa ditahannya dan tidak lama”

----- THE END-----

Menghargai proses, menahan sakit, sabar dan tidak cengeng merupakan bagian dari metamorfosis kehidupan. Niat baik tidaklah cukup bagi misi ’penyelamatan’. Butuh matang pikir, mantap usaha untuk suatu tujuan mulia.


”Rasa sakit itu, jika kau sabar dan tegar, maka ia akan menjelma menjadi kekuatan”

”Kita harus sabar menunggu hujan, untuk melihat pelangi sesudahnya”





Tidak ada komentar:

Revolusi Islam Suci

Revolusi Islam Suci

Wassalamu'alaikum...

SEMOGA BERMANFAAT