Kamis, 22 Oktober 2009

Felix Siauw: KMII 2009: Behind The Scenes

Takbir dan Tahlil bergema diiringi kibaran bendera syahadatain, peluh dan airmata pertanda keimanan mengalir dari tubuh manusia-manusia calon penghuni surga, mereka masih muda tetapi hati mereka terikat dengan masjid-masjid Allah, mereka bukan berasal dari satu tempat dan tidak mempunyai kepentingan harta, dagangan dan hubungan darah tetapi mereka disatukan hanya karena Asma Allah dan hukum-Nya. 5000 lebih pemuda Islam meneriakkan kalimat yang sama, Allahuakbar, menuntut hukum yang sama, Syariah! dan menginginkan sistem yang sama, Khilafah!

Saya nggak ingin membahas KMII 2009, karena pasti lebih banyak yang lebih ngerti jurnalistik dari saya, tapi cuma sedikit ingin berbagi behind the scenes KMII 2009. Begini ceritanya (kayak KISMIS-Kisah Misteri).

Jauh sebelum KMII, saya sudah diminta untuk membantu warming-up dan pengumpulan massa KMII, dan saya sempat singgah ke beberapa tempat dan memang terasa sekali semangat teman-teman untuk acara ini. Dan akhirnya panitia memberitahu saya, bahwa saya mendapatkan amanah untuk menyampaikan bisyarah rasulullah terkait penaklukan al-Fatih di konstantinopel agar membuat peserta faham bahwa bisyarah rasulullah tidak akan pernah salah, mengingat beberapa saat yang lalu saya juga telah mempersiapkan materi ini, Beyond The Inspiration judulnya. Tapi yang membuat saya sedikit bingung, panitia memberikan saya waktu 30 menit, padahal materi ini biasa saya sampaikan minimal 90 menit, “oklah, nggak masalah” jawab saya.

Hari demi hari berlalu, tanpa konfirmasi dari panitia, sayapun membiarkan saja karena sudah memahami kira-kira seperti apa kasak-kusuk panitia dalam persiapan ini, sayapun tidak mau memberati mereka. Sabtu (H-1) kebetulan saya ada tugas ke bogor dan sempat mengunjungi almamater saya, IPB, ketika saya lewat banyak sekali orang berkumpul di GWW (yang akhir-akhirnya saya mengetahui bahwa ada rencana KMII pindah ke GWW IPB).

Menjelang ashar, saya coba mengontak salah satu arsitek KMII, ust. Rikza Saifullah dan menanyakan tempat pastinya KMII, lalu beliau menjawab “insya Allah akan kita kontak maghrib nanti mas..”, kekuatiran dan kelelahan tampak jelas dari suaranya, lalu sayapun menjawab “Tenang aja Za, saya paham kok, mudah-mudahan Allah memudahkan panitia semuanya”. Subhanallah, benar ternyata beberapa hari kemarin saya mendengar kasak-kusuk di FB tentang pengalihan tempat sampai pembatalan KMII. Allah memberkahi kalian panitia KMII!

Sore berlalu, maghrib berkumandang, sebelum shalat sy cek HP; tiada berita apapun. Selesai shalat maghrib saya kembali membuka HP; masih nihil. Adzan isya berkumandang, cek HP lagi; tetap nihil. Dalam perjalanan ke masjid saya berfikir “Yah, paling parah kita akan aksi di jalanan, tanpa slide, tanpa multimedia, Allah tahu yang terbaik!”. Terbayang sudah mengganti materi yang sudah saya persiapkan, segala setting multimedia yang sudah saya siapkan dengan 2 hal: suara dan keyakinan pada Allah semata..

Setelah Isya, saya melanjutkan bercengkerama dengan Buah hati dan Bundanya, HP istri saya yang bergetar dan membacakan SMS dari mbak Trisnawaty kamerad istri, dan istri saya membacakan “Bi denger nih, seluruh syabab diminta berdoa dan menjauhi seluruh maksiat dan membaca khutbah dan do’a al-Fatih menaklukan konstantinopel untuk mempermudah perizinan KMII yang dipersulit”. Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar, betul sekali banyak orang yang ingin mengagalkan KMII..

Saya tidak hanya membaca khutbah al-Fatih, tapi juga membacakan do’a Sa’ad bin Abi Waqqash menaklukan sungai Tigris,
نَسْتَعِيْنُ بِاللهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ، حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلُ، وَاللهِ لَيَنْصُرَنَّ اللهُ وَلِيَّهُ وَلَيُظْهِرَنَّ دِيْنَهُ وَلَيُهْزِمَنَّ عَدُوَّهُ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ

Allah ma’akum yaa ikhwan KMII ajma’in..

menjelang malam jam 9, telepon berbunyi, akhirnya.. “Gimana Za?” tanyaku penuh kepedulian. Rikza menjawab mantap “Mas, kita jadinya konggres jalanan, karena perizinan bermasalah. Dan panitia berharap mas Felix tetep memberikan semangat pada peserta KMII, kami berharap mas Felix bisa, gimana mas?”. Allah yubarik fika Rikza, bagaimana mungkin saya menolak, nggak usah diminta pun darah saya sudah mendidih. Terbayang dalam diri saya kedzaliman yang dihadapi oleh panitia, terbayang oleh saya tertawanya orang-orang munafik, kafir dan orang-orang yang tidak senang pada usaha penerapan syariah, dan itu semakin membuat darah saya bergejolak. “INSYA ALLAH Za!, jam berapa bagian saya?” jawab saya langsung.

“Setan-setan kapitalis dan pengikut-pengikutnya menyangka mereka akan menghentikan gerak para hamilud dakwah yang sudah menjual hidupnya demi Allah dan rasul-Nya, seolah-olah mereka bisa melakukan semua itu, saya sampaikan dan tunjukkn kepada Anda besok, you’re daydreaming!”

Malam itu saya susah tidur dan memikirkan acara besok, akankah KMII berjalan baik, apakah acara itu akan diprovokasi intel-intel murahan tak bertanggungjawab, akankah peserta antusias? bisakah saya melaksanakan amanah saya dengan baik?! bagaimana bila cuaca tidak mengizinkan?!, seribu bisikan setan membuat saya kuatir dan tidak bisa memejamkan mata, menjelang tengah malam badan ini bisa ditidurkan dengan dzikrullah “Lix, Allah tahu yang terbaik. Lix, Allah nggak akan pernah mengecewakan ummat-Nya. Lix, tugasmu cuma menyampaikan”.

Esok paginya, jam 8 pagi saya berangkat dari rumah menuju perhelatan besar yang akan mengubah wajah dunia, jalan biasa yang saya lalui ke basket indoor diblok oleh polisi, dan polisi menolak mengizinkan saya lewat lalu menyuruh mengambil jalan dan pintu lain. Setelah 30 menit berputar di senayan, saya kembali lagi dengan perasaan emosi atas kelakuan polisi tadi dan protes, setelah itu barulah say diizinkan masuk ke basket indoor, itupun mereka berdebat satu sama lain, “Sudahlah bang izinkan saja”, yang lain berkata “jangan, tidak boleh”. “BODO AMAT pikirku, raungan mobil mengalahkan suara, saya tetap melaju”.

sesampainya di acara, takbir demi takbir berkumandang. SUBHANALLAH! Innaka la yukhliful mi’ad ya Allah!, wa anta khairu wa ahsanu wakila! SUBHANALLAH! lautan pemuida muslim tidak bergeming dalam udara yang semakin panas dan pengap! Takbir demi takbir membasahi lidah mereka. KHILAFAH! KHILAFAH! KHILAFAH!. Subhanallah… rasa haru mulai menghinggapi hati ini, seolah merasa kecil di hadapan hamba-hamba Allah ini.
Sayapun langsung menghampiri panitia yang memang kebanyakan rekan seperjuangan di IPB, subhanallah wajah mereka menampakkan kelelahan hasil akumulasi istirahat yang mereka potong untuk acara ini, semua itu terlihat jelas di wajah Zahrul dan Kahfi, meskipun begitu mereka sangat semangat menjalankan tugas mereka sebagai ahli backstage. Sani menjelaskan kepada saya secara singkat perihal pergantian tempat dan kedzaliman pihak-pihak yang berusaha menggagalkan acara ini, wallahu khairul makiirin.



Ditempat itu berkumpul banyak ustadz dan mentor hidup saya, mas Ilman Fadhilah, mas Amir Muttaqin, mas Husein Assa’di, mas Erwin Jundi, mas Ihsanul Muttaqien dan Asep Supriatna dengan kameranya (thanks sep foto2nya saya pakai ya..) dan ustadz-ustadz lainnya yang berkumpul dan siap menyampaikan orasi ilmiahnya, saya menumpahkan kekangenan dan bergurau dengan mereka. Lalu saya bertemu dengan teman-teman surabaya dan berbagi tentang perjalanan mereka ke KMII, lalu dengan teman-teman kendari yang menyampaikan perjuangan mereka ke KMII, dan teman-teman lainnya. SUBHANALLAH, lucu, haru dan kagum bertali menjadi satu, mereka menceritakan bagaimana mereka memilih KMII daripada kuliah mereka, berhari-hari perjalanan ditempuh lewat laut dan darat, ada yang tumbang, ada yang demam, semua bisa terlupakan ketika mereka meneriakkan takbir, subhanallah!, bahkan mereka tidak peduli ongkos kepulangan mereka yang belum jelas adanya, ketika saya bertanya mereka menjawab: “yang penting sampai dulu mas, pulang urusan nanti”.


Allahuakbar, ketika ust. Fahmi Amhar menyampaikan orasinya, dilanjutkan ust. Fahmi Lukman dan ust. Dwi Condro, kepala saya ibarat diberati beban yang sangat. Saya melihat sekeliling saya, 5000 mahasiswa dengan pengorbanan dan masalah mereka masing-masing menghadiri acara ini, tidak satupun yang berkeluh, tidak satupun yang menyesal, semua telah berbaur dalam satu kata ALLAHUAKBAR! Allah Maha Besar. Tidak terasa airmata saya sudah sampai di pelupuk, saya berusaha untuk tidak meneteskannya.. Allahu rabbi… Allahu la ilaaha illa anta.. Sungguh bukan hak saya menyampaikan sesuatu nasihat pada mereka, merekalah yang berhak, pengorbanan mereka sungguh luar biasa!. Satu demi satu tubuh dibaringkan ke tanah karena pingsan kelelahan, bandelnya, setelah sadar mereka ingin bergabung kembali dalam barisan. Subhanallah!

Beban berat mulai menggeluti hati, berhak-kah saya mengatakan sesuatu pada orang-orang yang jauh lebih besar pengorbanannya?! Kalau saja panitia membatalkan jadwal saya, maka saya ridha dan merasa lega karna suasana ini begitu membuat malu diri saya yang belum seberapa pengorbanannya. “Suasana seperti ini lebih cocok dan heroik, lihatlah mereka begitu bersemangat”, pernyataan ust. MR. Kurnia membuyarkan lamunan saya. Benar ustadz, saya bangga bisa mempunyai kesempatan berdiri di tengah-tengah hamba Allah ini, walaupun tidak sehebat mereka, semoga kehadiran saya bisa memberi semangat kepada mereka..


Dear all panitia ikhwan dan akhwat (saya tidak mengetahui keadaan mereka, Allah lebih mengetahui dan akan membalas seluruh pengorbanan mereka yang sama beratnya). Sungguh apa yang teman-teman korbankan adalah yang terbaik, Allah telah melihat semua itu, malaikat menguatkan dalam catatannya. Kita adalah muslim, kita tidak menyerah pada fakta. Kita adalah generasi al-Fatih, kita berhenti percaya pada fakta, kita menolak untuk mempercayai fakta. Kita generasi pembela bendera ar-Roya dan al-Liwa, hanya janji Allah dan bisyarah rasul-Nya yang layak kita pegang!


Kita tidak peduli semua menentang kita, kita tidak akan memperhatikan orang yang mengolok-olok kita, kita tetap pada jalur dan koridor perjuangan kita. Seandainya semua manusia mengatakan kita salah, selama Allah dan rasul-Nya berkata benar, maka kitalah orang-orang yang memegang janji Allah.

What we believe is something that can’t be seen by eyes!

and someday, surely, we’ll see it..

just bear a little pain and patience my brother and sisters. that day will come! a promise have been made, Khilafah will rise again!
akhukum faqir ilaa Allah..

Tidak ada komentar:

Revolusi Islam Suci

Revolusi Islam Suci

Wassalamu'alaikum...

SEMOGA BERMANFAAT